PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Definisi Kepimpinan
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat
bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh
para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi
tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahli
Menurut
Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut
Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong
atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat
bagi situasi yang khusus.
Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau
keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
SUMBER : http://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-gaya-kepemimpinan/
TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe Otokratik
Semua
ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan
bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik
yang negatif.
Dilihat
dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang
sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang
menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
kecenderungan
memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam
organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat
dan martabat mereka
pengutmaan
orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan
pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
Sesuai
dengan beragamnya definisi mengenai kepemimpinan, teori-teori
kepemimpinan pun ada beberapa macam. Teori kepemimpinan secara umum
dapat digolongkan ke dalam empat kategori besar, yaitu menggunakan
pendekatan (1) Pengaruh kekuasaan, (2) Bakat, (3) Prilaku, dan (4)
Situasi. Tapi ini baru sebagian teori, yaitu dari pandangan masyarakat
barat, belum dari masyakat timur. Tapi tidak ada salahnya Kita akan coba
ulas satu demi satu.
1) Teori dengan Pengaruh Kepemimpinan
Teori
yang dikemukakan oleh French dan Raven (1959) ini menyatakan bahwa
kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau
organisasi. Dengan perkataan lai, orang atauorang-orang yang memiliki
akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi
tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu.
Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu (1) kedudukan,
(2) kepribadian, dan (3) politik.
1.1) Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis;
a) Kekuasaan Formal atau legal (French & Raven, 1959)
termasuk
dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau
perdana mentri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan karena ditunjuk
dan/atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.
b) Kendali atas Sumber dan Ganjaran (French & raven, 1959)
Majikan
yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah buruh, kepala suku atau
kepala kantor yang dapat member ganjaran kepada bawahannya, dan
sebagainya, memimpin berdasarkan sumber kekuasaan seperti ini.
c) Kendali atas Hukum (French & Raven, 1959)
ganjaran
biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasa
juga kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang yang
sumbernya hanya kendali atas hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan
yang didasarkan pada rasa takut. Contoh para preman yang memungut pajak
kepada pedagang, pedagang akan tunduk kepada preman karena takut akan
mendapat perlakuan kasar.
d) Kendali atas Informasi (French & Raven, 1959)
informasi
adalah ganjaran positif bagi orang yang memerlukannya, sehingga siapa
pun yang menguasai informasi dapat menjadipemimpin. Misal adalah orang
yang paling tahu arah jalan maka otomatis dia akan menjadi pimpinan
rombingan.
e) Kendali Ekologi (lingkungan)
sumber
kekuasaan ini dinamakan juga perekayasa situasi (situational
sengineering). Contoh adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham,
1975). Seorang atasan, manager, atau kepala bagian personality mempunyai
kekuasaan atas bawahannya, karena ia boleh menentukan posisi
anggotanya.
1.2) Kekuasaan yang Bersumber pada Kepribadian
Berbeda
dari kepemimpinan kekuasaan, kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut;
a) Keahlian atau Ketrampilan (French & Raven, 1959)
Dalam
agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang yang paling fasih
membaca ayat Al-Qur’an. Demikian pula dalam pesawat atau kapal, orang
yang paling ahli dalam mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.
b) Persahabatan atau Kesetiaan (French & Raven, 1959)
Sifat
dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan
sumber kekuasaan, sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
c) Karisma (House, 1977)
Ciri
kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin
juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
Mengenai hal ini dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
1.3) Kekuasaan yang Bersumber pada Politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa jenis (Pfeffer, 1981)
a) Kendali atas Proses Pembuatan Keputusan (Pfeffer & Salanick, 1974)
dalam organisasi, ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan atau tidak. Dan sebagainya.
b) Koalisi (Stevenson, Perace & Porter, 1985)
kepemimpinan
atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau
kewenangan untuk membuat kerja sama denga kelompok lain.
c) Partisipasi (Pfeffer, 1981)
pemimpin
mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam
bentuk apa tiap anggota berpartisipasi, dan sebagainya.
d) Institusionalisasi
Pemimpin
agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya keluarga
baru. Notaris atau hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau
perusahaan baru. Dan sebagainya.
2) Teori Bakat
Teori
bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karismatik atau teori
transformasi. Inti dari teori ini adalah bahwa kepemimpinan terjadi
karena sifat-sifat atau bakat yang khas yang terdapat dalam diri
pemimpin yang dapat diwujudkan dalam prilaku kepemimpinan. Sifat atau
bakat itu dinamakan karisma atau wibawa. Sebagai contoh adalah Bung
Karno, Adolf Hitler, Fidel Castro, Mahatma Gandhi, Ibu Theresa dan
Martin Luther King. Tokoh-tokoh ini memiliki sifat yang tidak dimiliki
pemimpin-pemimpin lain.
Di
pihak lain, pemimpin-pemimpin karismatik tidak dapat disamakan dengan
tokoh-tokoh yang kewibawaan, kekuasaan atau kepemimpinannya bersumber
atau ditopang oleh legenda-legenda, mitos, dan dongeng-dongeng. Misal
keturunan raja, bangsawan, orang sakti, keturunan yang dianggap titisan
dewa dan sebagainya.
Karisma
yang ditunjang oleh oleh mitos dan legenda ini bukanlah dating dari
bakat atau sifat pribadi yang bersangkutan, sehingga tidak dapat
digolongkan dalam teori bakat yang sedang kita bicarakan ini.
Teori
bakat menurut Hourse (1977) bahwa karisma yang berupa bakat atau sifat
adalah hal yang dapat dijelaskan secara objektif ilmiyah, sehingga dapat
diteliti, diukur, dan diuktikan keberadaanya.
Teori
bakat menurut Baas (1985) ada factor-faktor tambahan lain yang
menyebabkan lahirnya kepemimpinan karismatik selain faktor bawaan sejak
lahir yang dikemukakan oleh Hourse, yaitu factor anteseden (hal yang
mendahului terjadinya seorang pemimpin), faktor atribusi (keyakinan
sendiri) dan faktor konsekuensi dari kepemimpinan.
Teori
bakat menurut Conger dan Kanungo (1987) bahwa kepemimpinan karismatik
terutama bersifat atributif, yaitu karena adanya ciri-ciri tertentu dari
pemimpin yang dipersepsikan oleh para pengikut bersarkan pengamatan
pengikut terhadap prilaku pemimpin.
Teori
Tranformasional menurut Robert (1984) bahwa pemimpin karismatik dapat
juga terjadi dalam kelompok-kelompok yang sangat terorganisasi. Berbeda
dari pendapat sebelumnya yang seakan-akan menyatakan bahwa kepemimpinan
karismatik tidak dapat berjan pada kelompok-kelompok yang sangat
terorgaisasi.
Karisma: Negatif atau Positif?
Ykul
(1989) mengemukakan bahwa sejarah telah mencatat pemimpin-pemimpin
karismatik yang telah member dampak positif yang sangat luar biasa
kepada kelompoknya, bahkan terhadap umat manusia secara keseluruhan,
seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King. Di pihak lain sejarah
juga mencatat pemimpin-pemimpin karismatik yang memberikan dampak
negative dan kehancuran, seperti Adolf Hitler. Pertanyaan yang timbul
adalah “Apakah pemimpin karismatik berdampak positif atau negatif bagi
pengikutnya?”. Pertanyaan ini semakin perlu dijawab karena banyak
pemimpin karismatik yang sulit digolongkan dalam salah satu jenis
tersebut. Bahkan ada yang berpengaruh negatif di satu pihak namun
positif di pihak yang lain.
Musser
(1987) mengusukan kriteria yang berbeda antara pemimpin karismatik yang
positif dan negatif. Ciri pemimpin karismatik yang negatif adalah yang
lebih mementingkan tujuan dirinya sendiri daripada idiologi-idiologinya.
3) Teori Perilaku
Teori
prilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin dalamkaitannya
dengan struktur dan organisasi kelompok. Oleh karena itu, teori prilaku
ini lebih sesuai untuk kepemimpinan dalam lingkungan organisasi atau
perusahaan, karena peran pemimpin digariskan dengan jelas. Teori
perilaku menurut beberapa ahli, antara lain;
Mintzberg
(1973) mengemukakan sepuluh peran pemimpin (manager) sebagai berikut;
Peran dalam hubungan antarpribadi adalah sebagai pemimpin, penghubung
dan panutan (figurehead). Peran yang berkaitan dengan pemrosesan
informasi adalah sebagai pemantau, penyebaran informasi dan juru bicara.
Peran yang berkaitan dengan pembuatan keputusan adalah sebagai
wiraswasta, penyelesaian gangguan, pengalokasian sumber, dan negosiator.
Bagaimana
seorang pemimpin memenuhi kesepuluh peran itu, hal itu akan ditentukan
bagaimana kepemimpinannya. Mereka akan memiliki kecocokan dengan salah
satu peran, dan biasanya mereka akan unggul dalam hal itu.
Page
(Page, 1985 & Tornow, 1987) juga memusatka teori kepemimpinannya
pada peran yang dibawakan pemimipin dalam posisi managerial. Menurutnya
ada Sembilan kewajiban dan tanggung jawab manager dalam organisasi.
Yaitu penyelia (supervising), perencan dan pengorganisasi, pembuat
keputusan, pemantau indicator, pengendalian, perwakilan,
pengkooordinasi, konsultasi, dan administrasi.
Sebagai
manager sudah barang tentu seseorang yang dapat menduduki sembilan
peran tersebut. Namun, setiap orang memiliki kemampuan tersendiri,
sehingga ada yang kuat di peran tertentu dan lemah di peran yang lain.
4) Teori Situasional
Teori
situasional berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dan situasi
dilingkungan pemimpin itu.dalam hal ini ada dua macam hubungan, yaitu
(1) perilaku pemimpin yang merupakan hasil atau akibat dari situasi dan
(2) perilaku pemimpin merupakan penentu atau penyebab situasi. Dengan
perkataan lain, pada hubungan pertama, pemimpin merupakan variabel
ikutan (dependent variable), sedangkan yang kedua masuk dalam variabel
bebas (independent variable).
4.1) Perilaku Pemimpin sebagai Akibat Situasi
Teori-teori yang membicarakan hal ini adalah;
a) Teori Peran (role theory) dari Merton (1957)
perilaku
pemimpin disesuaikan pada perannya dalam kelompok, misalnya peran
seorang komandan berbeda denga peran seorang ayah, sehingga perilaku
seorang pemimpin berbeda ketika dia sedang berperan sebagai komandan dan
ketika dia sedang menjadi ayah.
b) Teori Harapan (expectancy theory) dari Nebecker & Mitchell (1974)
perilaku
pemimpin ditentukan oleh harapan kelompoknya, misalkan seorang ayah
diharapkan untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sedangkan ayah yang
lain diharapkan untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
c) Teori Adptif-Reaktif (adaptive-reactive theory) dari Osborne & Hunt (1975)
perilaku
pemimpin tidak ditentukan oleh satu faktor tertentu, tetapi oleh
interaksi antara bebrapa faktor dalam suatu situasi (multiple influence
model). Dengan kata lain, pemimpin setiap kali menyesuaikan perilakunya
pada perubahan situasi. Misalnya, perilaku komandan berbeda pada saat
perang dan pada saat damai.
d) Teori Pilihan Kendala (Constraints choices model) dari Stewan (1967, 1976, 1982)
perilaku
pemimpin disesuaikan dengan kendala-kendala yang ada. Ia akan memilih
perilaku yang kendalanya terkecil. Misalnya seorang komandan tetara
dalam situasi pertempuran, jika mengambil suatu tindakan kemungkinan
korban sedikit dan kemenangan akan dicapai maka komandan akan
melaksanakan hal itu, namun baila sebaliknya, lebih baik menunggu sampai
situasi menguntungkan.
4.2) Perilaku Pemimpin sebagai Penyebab Situasi
Dalam
teori ini pemimpin dipandang sebagai pihak yang bereaksi terhadap
situasi semat-mata, tetapi dipandang sebagai pihak yang lebih aktif,
yang mengambil inisiatif, dan yang member dampak pada situasi. Teori ini
dinamakan juga teori model kontingensi (contingency models). Beberapa
ahli mengemukakan;
Hourse
& Mitchell (1974) mengemukakan empat tipe perilaku pemimpin, yaitu;
suportif (mendukung), detektif (memeberi petunjuk), partisipatif (ikut
terlibat), dan orientasi prestasi (tujuan pencapaian terbaik).
Hersey
& Blanchard (1969, 1977, 1982) mengemukakan dua tipe perilaku
pemimpin, yaitu; lebih mementingkan tugas (task behavior) dan lebih
mementingkan hubungan (relationship behavior)
Kerr
& Jernier (1978) menyatakan, ada dua macam variabel situasi, yaitu
(1) yang mendukung efektivitas kepemimpinan (substitutes) dan (2)
menghambat efektivitas
Kepemimpinan.
Mengahadapi dua situasi itu memiliki sikap kepemimpinan yang berbeda.
Dalam ha ini ada dua jenis pemimpin, yaitu; instrumental (mengawali,
merangsang) dan suportif (melanjutkan, mempertahankan).
Vroom
& Yettom (1973) mendasarkan pada bagaimana perilaku pembuatan
keputusan pemimpin mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan bawahan dan
penerimaan bawahan terhadap keputusan. Ada tiga prosedur pembuatan
keputusan, yaitu; otokratik (membuat sendiri), konsultasi (konsultasi
terlebih dahulu), dan keputusan bersama.
Fiedler (1964, 1967) dan Sarwono (1995)
Efektivisas
kepemimpinan tergantung pada persepsi pemimpin terhadap anggota
kelompoknya. Persepsi pemimpin terhadap anggotanya diukur berdasarkan
pada pandangannya terhadap anggota yang paling lemah, paling rendah
prestasinya atau paling tidak disukai (LPC/ last preferred co-worked)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar