Selasa, 12 Oktober 2010

CATATAN Nasional: Stamina Pemain Timnas Tidak Memadai, Lagu Lama PSSI

Stamina tidak memadai membuat Indonesia dibantai Uruguay.


Hasil miris kembali ditorehkan skuad timnas senior Indonesia saat dibantai Uruguay 7-1, pada laga ujicoba internasional di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (8/10) malam.

Sekilas, penampilan skuad tim besutan pelatih Alfred Riedl yang sedang dipersiapkan tampil di ajang AFF Cup 2010, pada awal uji tanding tersebut cukup menjanjikan. Terlebih setelah striker Boaz Solossa mampu mencetak gol dan membawa Indonesia unggul 1-0 lebih dahulu.

Hanya saja, penampilan trengginas para pemain nasional tidak berlangsung lama, hingga akhirnya Luiz Suarez dkk mampu menyarangkan tujuh gol, setelah terus mengurung lini pertahanan Indonesia yang mendapat dukungan penuh dari puluhan ribu penonton yang memadati stadion.

Penyebabnya, stamina para pemain ‘Merah Putih’ cepat drop dan kehabisan tenaga. Padahal dari segi skill dan teknik permainan, perbedaannya tidak begitu jauh dengan pemain Uruguay yang merupakan semi-finalis Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.



“Harus diakui, kami memang kalah segala-galanya dari Uruguay. Tapi sebetulnya, karena kami terlalu cepat melakoni ujicoba. Padahal kami baru mulai kumpul lagi. Belum lagi, karena ditangani pelatih baru yang tentunya kami masih harus beradaptasi dengan gaya kepelatihannya,” ungkap kapten timnas Bambang Pamungkas sesaat usai timnya dibantai Uruguay.

Pernyataan bomber Persija Jakarta ini memang ada benarnya. Jika saja memiliki stamina yang cukup, bisa jadi mereka mampu mengimbangi Uruguay. Atau, kalau pun kalah tidak akan sampai kebobolan sampai tujuh gol yang tentunya sangat memalukan. Apalagi terjadi di hadapan publik sendiri yang juga disaksikan kepala negara, Presiden SBY.

Tapi sekiranya kita bisa melihat lebih jauh, kendala stamina yang dialami para pemain nasional ini bukan hal baru. Bahkan sudah menjadi ‘lagu lama’ yang membuat prestasi sepakbola nasional terus terjun bebas, sehingga berada di titik nadir paling rendah dan cukup mengkhawatirkan.

Pertanyaannya adalah? Kenapa PSSI yang merupakan pemegang otoritas sepakbola nasional di tanah air tidak berupaya memperbaiki kelemahan mendasar ini? Padahal dalam beberapa hal mereka mampu melakukannya, seperti pembibitan pemain yang tengah dilakukan di Uruguay melalui tim S.A.D Indonesia, yang tentunya menelan biaya tidak sedikit.

Mengapa juga standarisasi fisik dan VO2 max setiap pemain sepakbola di tanah air tidak diberlakukan terhadap semua kontestan kompetisi yang digelar? Tentunya dengan menyesuaikan level kompetisi yang diikuti klub tersebut.

Dengan demikian, ada keseragaman stamina para pemain nasional yang tentunya sangat berguna saat mereka terpilih membela timnas, karena juru racik yang menukangi timnas tidak lagi dipusingkan dengan masalah stamina pemain.

Kenyataan ini berimbas pada mencuatnya ketidakpercayaan kepada PSSI, sehingga muncul desakan agar Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI mundur dari jabatannya. Sebab, pria asal Makassar ini dinilai telah gagal memimpin roda organisasi olahraga paling populer di tanah air dengan baik dan benar.

Terlebih banyaknya kasus yang muncul dan tidak bisa diselesaikan dengan baik. Belum lagi penerapan aturan yang terkadang dilanggar sendiri para pengurus PSSI yang bertameng di balik hak prerogatif seorang ketua umum, yang kerap membuat blunder dalam mengeluarkan putusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar