Kamis, 30 September 2010

Sejarah PERSIJA JAKARTA


Nama lengkap Persatuan Sepak bola Indonesia
Jakarta
Julukan Macan Kemayoran
Didirikan 28 November 1928 sebagai VIJ Jakarta
Stadion Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia
(Kapasitas: 88.083 tempat duduk)
Ketua Umum Bendera Indonesia Toni Tobias
Bendahara Bendera Indonesia Esron T, SE, MM
Manajer Bendera Indonesia Haryanto Badjoeri
Pelatih Bendera Indonesia Rahmad Darmawan
Asisten Pelatih Bendera Indonesia Francis Wawengkang
Dokter Tim Bendera Indonesia Dr. Mohammad Nasrun
Liga Liga Super Indonesia


Kelompok suporter The Jakmania


Pada zaman Hindia Belanda, nama awal Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Pasca-Republik Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih ada.
Terlepas dari takdir atau bukan, seiring dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar. Mungkin juga karena secara sosial politik sudah tidak kondusif (mendukung). Suasana tersebut akhirnya merembet ke anggotanya, antara lain VBO. Pada pertengahan tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan menganjurkan dirinya untuk bergabung dengan Persija. Dalam perkembangannya, VBO bergabung ke Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, gabungan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija "baru" itu berhadapan dengan Belanda dan Tionghoa. Inilah hasilnya: Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951), dan Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951). Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.

Prestasi

Nasional

Perserikatan

Liga Indonesia

Liga Super Indonesia

Piala Indonesia

  • Tahun 2005, Runner-Up Copa Indonesia
  • Tahun 2006, Copa Indonesia Juara 3
  • Tahun 2007, Copa Indonesia Juara 3

Internasional

Kamis, 23 September 2010

jadwal PERSIJA ney


JakOnline-Berikut Jadwal Persija di ISL 2010/2011 Putaran 1 :

1. Minggu, 26 September 2010, PSPS vs Persija pukul 19.00

2. Sabtu, 16 Oktober 2010, Persija vs Persela, pukul 15.30

3. Selasa, 19 Oktober 2010, Persija vs Deltras, pukul 15.30

4. Sabtu, 23 Oktober 2010, Pelita Jaya vs Persija, pukul 15.30

5. Selasa, 26 Oktober 2010, Semen Padang vs Persija

6. Sabtu, 30 Oktober 2010, Persija vs Persib, pukul 19.00

7. Rabu, 3 November 2010, Persija vs Sriwijaya, pukul 15.30

8. Minggu, 2 Januari 2011, Bontang FC vs Persija, pukul 19.00

9. Kamis, 6 Januari 2011, Persisam vs Persija, pukul 15.30

10. Minggu, 9 Januari 2011, Persija vs Arema, pukul 19.00

11. Rabu, 12 Januari 2011, Persija vs Persema, pukul 15.30

12. Senin, 17 Januari 2011, Persiwa vs Persija

13. Kamis, 20 Januari 2011, Persipura vs Persija

14. Selasa, 25 Januari 2011, Persija vs Persibo, pukul 15.30

15. Sabtu, 29 Januari 2011, Persija vs Persijap, pukul 19.00

16. Rabu, 2 Februari 2011, Persiba vs Persija, pukul 15.30

17. Sabtu, 5 Februari 2011, PSM vs Persija pukul 19.00


Notes : Yang disebut lebih dahulu bertindak sebagai tuan rumah. Yang disebutkan jamnya adalah yang akan disiarkan oleh ANTV. PSPS Pekanbaru dan Persibo Bojonegoro adalah 2 tim yang terpaksa menjadi musafir di awal kompetisi karena stadion mereka sedang mengalami renovasi. PSPS Pekanbaru sementara main di Stadion H. Agus Salim Padang dan Persibo Bojonegoro di Stadion Brawijaya Kediri.(JO)

Salam,

JakMania

Senin, 06 September 2010

MEMBUAT GAMBAR MELAYANG DI FACEBOOK

Caranya:
login ke akun facebook anda
kemudian copy paste kode berikut di kotak tempat kita biasa mengetik URL/alamat website (http://www.....) yang terletak di bagian atas browser yang kita pakai.
kodenya sbb:

javascript:R=0; x1=.1; y1=.05; x2=.25; y2=.24; x3=1.6; y3=.24; x4=300; y4=200; x5=300; y5=200; DI=document.getElementsByTagName("img"); DIL=DI.length; function A(){for(i=0; i-DIL; i++){DIS=DI[ i ].style; DIS.position='absolute'; DIS.left=(Math.sin(R*x1+i*x2+x3)*x4+x5)+"px"; DIS.top=(Math.cos(R*y1+i*y2+y3)*y4+y5)+"px"}R++}setInterval('A()',5); void(0);

kemudian tekan ENTER
Dan..Woow tiba-tiba gambar-gambar di halaman Facebook kita menjadi melayang-layang.
Untuk cara menormalkan kembali cukup klik Refresh pada browser anda

Sabtu, 04 September 2010

BAHAYA ROKOK



Kita semua paham, merokok adalah mudharat dan hampir tidak ada manfaatnya. Orang Amerika, Eropa dan Australia kian hari semakin mempersempit gerak ruang untuk merokok dengan membuat beberapa peraturan.


Peraturan-peraturan tersebut membuat orang tidak bisa sembarangan merokok di tempat umum. Hal tersebut membuat pengusaha rokok kelas dunia melirik Indonesia sebagai pangsa pasar yang besar. Peraturan-peraturan hingga kultur yang tidak bisa disiplin membuat Indonesia yang 90% muslim sebagai “Tambang Emas” untuk mengeruk uang trilyunan. Betapa tidak, rakyat Indonesia menghisap rokok 200 milyar batang per tahun. Jika harga rokok Rp. 700,- dikalikan 200 milyar batang maka sama dengan Rp 140 trilyun per tahun.


Pengusaha rokok yang termasuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia, kini sudah mulai merambah bisnis ke berbagai bidang, seperti: properti, elektronik, perhotelan, supermarket, bahkan konon sebuah rumah judi di Eropa telah dibeli pengusaha rokok Indonesia. Itu adalah “sumbangsih” umat muslim Indonesia yang menghisap rokok 1 bungkus per hari, bahkan 2 s.d 3 bungkus per hari.


Bayangkan!!! Setiap muslim perokok “menyumbang” 3 juta, 5 juta bahkan 10 juta per tahun untuk rokok. Di sebut “nyumbang” sebab yang dibeli adalah produk MAKRUH, bahkan sebagian ulama telah meng-HARAM-kan rokok.


Jika hal tersebut dibandingkan dengan pengeluaran zakat, infak dan shodaqah, qurban, santunan yatim, maka sangat tidak sebanding!!! Jadi, selama ini berapa puluh juta telah dihabiskan hanya untuk rokok, dan coba hitung berapa ratus juta lagi tanpa kita sadari uang yang “dibakar” jika kita hidup sampai usia 63 tahun atau lebih??? Pengusaha rokok semakin kaya, sedangkan umat Islam semakin terbelenggu oleh rokok, sehingga mudah sakit, malas, dan kemiskinan yang mendera.


Oleh sebab itu, mari sama-sama kita tekadkan untuk tidak merokok, atau kita buang dan tinggalkan hal-hal sekecil apapun yang tidak berguna. Merokok juga tidak baik untuk kebersihan dan kesehatan. Anda buang abu rokok dan puntung sembarangan setiap hari, maka akan berdampak pada lingkungan yang kotor. Mari, sekali lagi kita tekadkan untuk tidak merokok, karena di akhirat kelak setiap uang yang kita dapat dan pakai akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.

rokok walaupun beracun tapi jangan diharamkan dulu



Apa pendapat Anda jika persatuan ulama menfatwakan halal susu bermelamin atau biskuit beracun selama tak terasa sakit? Maka diyakini, semua orang akan mengecam fatwa tersebut.


Hal yang sepadan saat ini tengah terjadi ketika MUI –sebagai wadah resmi ulama di bawah pemerintah- berencana menyampaikan fatwa sebagai jawaban atas permohonan ketua Komnas HAM Anak, Seto Mulyadi. Kontan segenap tokoh menentang rencana tersebut. Bahkan para petani tembakau di Jember, Jawa Timur, pada Jumat (15/8/2008) siang, berdemonstrasi menentang fatwa MUI tersebut (http://www.liputan6.com). Pasalnya, fatwa tersebut berisi pengharaman atas bahan konsumsi beracun yaitu rokok. Mengapa itu terjadi? beragam alasan mereka kemukakan, baik yang bersifat normative (berdasar pada dalil syar'i) maupun sosiologis.


Walaupun belum dikenal pada masa Nabi Muhammad, sahabat maupun tabi’in, masalah rokok tak dapat dikatakan baru dalam kehidupan kaum muslimin. Awal abad ke 10 H adalah era awal kaum muslimin bersentuhan dan menghisap rokok (syurb al-dukhan). Melalui karya ulama dapat kita saksikan bagaimana respon mereka sejak saat itu terhadap fenomena kegandrungan baru yang populer tersebut. Sepanjang penelusuran penulis, respon pertama adalah fatwa haram dari para ulama besar yang dikutip dan disetujui oleh sang murid yang juga ulama besar Abu Yahya Zakariya al-Anshari al-Syafi'i yang wafat pada 926 H (baca: al-Ghurar al-Bahiyyah fi Syarh al-Bahjah al-Wardiyyah: I/143). Kemudian berikutnya muncul beberapa fatwa, baik yang mendukung maupun yang berbeda. Pendapat mereka terbagi dalam tiga kubu, mengharamkan, memakruhkan dan memubahkan. (al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah: I/3522).


Kelompok yang membolehkan, beralasan dengan kaidah fikih, bahwa asal segala sesuatu adalah boleh kecuali ada bukti yang mengharamkannya. Faktor yang mengharamkan barang konsumsi ada dua hal yaitu memabukkan dan membahayakan kesehatan. Sayyid Sabiq menambahkan tiga hal lagi yaitu najis, terkena najis dan masih berstatus milik orang lain ( Fiqh al-Sunah: III/267).


Menurut mereka semua hal itu tidak terbukti pada rokok, sehingga hukumnya tetap halal. Andaipun ada yang terkena dampak negatif sebabnya, maka yang demikian bersifat relatif. Jangankan rokok, madu pun yang secara nash dikatakan mengobati, dapat pula berdampak negatif kepada sebagian orang. Pendapat ini didukung oleh beberapa ulama lintas madzhab, di antaranya yaitu Abd al-Ghani al-Nabulisi al-Hanafi (1062 H) yang terkenal dengan karangannya "al-Shulh Bain al-Ikhwan Fi Ibahat Syurb al-Dukhan". Ungkapan paling pedas disampaikan oleh al-Syaikh Ali Ibn Muhamad Ibn Abd al-Rahman al-Ajhuri (1066 H) dari madzhab maliki. Sebagaimana di kutip oleh Ahmad Ibn al-Shawi (1241 H) ia mengatakan: "Tidak mungkin orang yang berakal mengatakan bahwa rokok itu haram secara material, kecuali orang yang bodoh terhadap pendapat imam madzhab, congkak atau penentang" (Hasyiyah al-Shawi 'Ala al-Syarh al-Shaghir: I/74) Begitu pula Ibn 'Abidin (1252 H) dan al-Hamawi.. Untuk mengabadikan pendapatnya al-Ajhuri mengarang kitab "Ghayat al-Bayan li Hilli Syurb Ma La Yughayyib al-'Aql Min al-Dukhan". Sedangkan dari madzhab Syafi'i ada al-Hifni, al-Halabi dan al-Syubramilisi. Ditambah lagi dari kalangan ulama hanbali yaitu al-Syaukani dan al-Karami.


Adapun kelompok ulama yang memakruhkan adalah Ibn 'Abidin (yunior) al-Hanafi yang wafat pada tahun 1306 H, Yusuf al-Shaftiy al-Maliki (abad XII), al-Syarwani al-Syafi'i dan al-Bahuti al-Hanbali (1121 H). Dasar pendapat mereka adalah pertama, yang jelas asap rokok menimbulkan bau busuk. Kedua, dalil ulama yang mengharamkan itu belum valid, alias belum dapat dipercaya secara penuh, hingga hanya sebatas menimbulkan keraguan (syakk). Sementara itu, ulama dahulu yang berpendapat haram antara lain seperti Zakariya al-Anshari al-Syafi'i, Abu al-Ikhlash Hasan Ibn 'Ammar al-Syaranbilali al-Hanafi (1069 H), Salim al-Sanhuri al-Maliki, Najm al-Din al-Ghazi al-Syafi'i, Ahmad Ibn Ahmad Ibn Salamah al-Qalyubi al-Syafi'i (1070 H) dan Shalih Ibn al-Hasan al-Bahuti al-Hanbali (1121 H). Pada saat yang begitu jauh dari penelitian ilmiah modern, mereka seragam beralasan, bahwa rokok mengakibatkan terbukanya berbagai saluran dalam tubuh hingga potensial dimasuki materi yang berbahaya dan nyata pula, bahwa rokok mengakibatkan kepala pusing. (Hasyiyah al-Bujairami 'Ala al-Khathib: XIII/200, al-Ghurar al-Bahiyyah fi Syarh al-Bahjah al-Wardiyyah: I/143, Hasiyah al-Qalyubi wa 'Umairah: I/341). Pendapat yang sangat keras disampaikan al-Bujairami al-Syafi'i (1221 H) sebagaimana dikutip oleh Syatha al-Bakri (1310 H). Ia berkata: "Adapun rokok yang ada saat ini yang juga disebut dengan al-tutun –semoga Allah melaknat orang memprakarsainya-, sesungguhnya itu termasuk hal baru (bid'ah) yang buruk". (I'anah al-Thalibin: II/260)


Sebagaimana disingung di atas, bahwa semua ulama sepakat dan tak satupun menolak, bahwa keharaman barang konsumsi tergantung pada keberadaan salah satu atau lebih pada lima faktor, yaitu memabukkan (muskir), membahayakan kesehatan (mudhirr), najis, terkena najis (mutanajjis) dan masih berstatus milik orang lain (milk al-ghair). Dan terbukti alasan kedua itulah (mudhirr, mengakibatkan madhrrat) yang menjadi stressing argumentasi ulama yang mengharamkan. Maka, bila dikaji dengan seksama tentang alasan kedua pendapat pertama di atas –yang membolehkan dan memakruhkan-, dapat dikatakan wajar bila keduanya menolak atau kurang percaya terhadap validitas argumen pendapat ke tiga. Hal itu dapat dipahami, sebab kendala utamanya terletak pada metode pembuktian dampak tersebut. Maklum, saat itu belum ada standar penelitian ilmiah serta metodenya yang disepakati, apalagi yang bersifat medis.


Akhirnya, argumentasi, bahwa rokok mengandung madharat (keburukan) dapat dengan ringan ditepis oleh orang yang tidak mempercayai, baik berdasarkan pengalaman pribadi maupun orang lain yang tidak tampak terkena dampak negatif rokok. Untuk mengurai masalah ini, hendaknya dikembalikan kepada petunjuk Allah. Sebagaimana diketahui Allah memerintahkan kita untuk bertanya setiap hal kepada orang yang berkompeten (ahl al-dzikr) dengan firmannya: "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan bila kalian tidak mengetahui". (QS. Al-Nahl: 43). Dalam masalah rokok, ada dua masalah yang memerlukan dua ahli yang berbeda. Terkait dengan materi dan zat yang terkandung di dalamnya serta dampaknya terhadap kesehatan manusia, maka itu adalah wilayah ahli kesehatan, dokter maupun paramedis lain. Pada sisi lain, secara hukum syar'i adalah bidang ahli fikih. Dan seperti diketahui hukum syar'i dalam masalah rokok ini tergantung pada hasil studi para ahli kesehatan tersebut.


ULAMA SEJATI

Pada era post modern milenium ketiga ini, di mana metode penelitian medis sangat mapan dan sarananya sangat canggih, bukti bahaya rokok hampir tak terbilang jumlahnya. Ketua Komnas Pengendalian Tembakau, Prof. F. A. Moeloek menjelaskan pada tahun 2005 ada sebanyak 70.000 artikel ilmiah di dunia yang menegaskan tentang bahaya rokok, baik dari segi kandungan materialnya maupun dampak riil yang telah terjadi akibat rokok. (http://www.depkes.go.id.3 Juni 2008) Sebagian hasil penelitian membuktikan bahwa rokok mengandung 4.000 jenis bahan kimia dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Bila demikian, masihkah 70.000 hasil penelitian itu tetap akan ditolak demi melestarikan perbedaan pendapat kuno tersebut? Menolak berarti tak ubahnya bersikap lebih percaya pada kejahilan diri sendiri dari pada pengetahuan orang lain.


Bagi ulama sejati, tentu temuan itu disambut gembira, karena dapat menguak misteri bahaya rokok yang diperdebatkan ahli fikih sejak lima abad yang lalu. Dengan demikian penerapan dalil: "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan". (QS. Al-Baqarah: 195) dapat dengan mantap diterapkan. Kaidah fikih "la dharara wala dhirara.” (tidak boleh menimpakan bahaya pada diri sendiri maupun orang lain) tak terbantahkan lagi masuk dalam hukum rokok ini, sehingga hasilnya adalah haram. Kalaupun sebagian perokok merasa, bahwa rokok mengandung manfaat, bukankah firman Allah terkait dengan khamr dapat menjadi pelajaran. Allah berfirman: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi, katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". (QS. Al-Baqarah : 219). Padahal jelas tak satupun penelitian membuktikan hal itu.


Bahkan, Muhammad Ibn Ahmad al-Dasuqi al-Maliki (1230 H), satu di antara ulama yang menghalakan rokok dua abad yang lalu berkata: "Dalam hal wakaf harus diarahkan pada sektor kebaikan dan ibadah. Oleh karena itu, wakaf untuk para perokok adalah batal, walaupun kami berpendapat merokok adalah boleh". (Hasyiyah al-Dasuqi 'Ala al-Syarh al-Kabir: XVI/210). Artinya walaupun boleh –sekali lagi saat itu- rokok sama sekali tidak mengandung manfaat dan kebaikan. Tentu keterangan ini semakin mengokohkan hukum haram di atas. Namun, kesimpulan hukum itu masih harus berhadapan dengan bantahan lain yang penting untuk dijawab yaitu bahwa dampak negatif tersebut tak dapat digeneralisir atau relatif. Sebagian orang terkena, tapi sebagian lain tidak. Konsekuensi hukum haram itupun tak dapat berlaku mutlak sebagaimana dikatakan Al-Ajhuri. Hal senada juga dikatakan Kiyai kharismatik Syekh Ihsan bin Syekh Muhammad Dahlan penerus Ponpes Jampes di Desa Putih Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri dalam kitabnya Irsyadul Ihsan menurut penuturan Kiyai Idris Marzuki pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo (Surya, Jum'at, 15 Agustus 2008).


Untuk menjawab itu, sekali lagi harus dikembalikan kepada ahli kesehatan. Dari penelitian yang terungkap –sebagaimana diulas peneliti Puslit Bioteknologi -LIPI-, bahwa setiap perokok mesti terkena dampak negatifnya. Masalahnya, dampak tersebut tidak selalu dapat dirasa apalagi dalam waktu dekat. Walaupun demikian tak dapat ditolak, bahwa dampak tersebut bersifat pasti. Akhirnya hukum haram tersebut tetap berlaku secara mutlak.


Dalam kaitannya dengan fatwa MUI, tinggal satu keberatan yang diajukan oleh pihak-pihak yang tidak setuju dengan fatwa tersebut, yaitu terkait dengan problem sosial ekonomi. Salah satunya disampaikan oleh Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Sholahuddin Wahid. Ia mengungkapkan: "Bisa dibayangkan, berapa ratus ribu orang akan kehilangan pekerjaan. Belum lagi pada lapisan masyarakat lainnya, seperti pedagang rokok dan petani tembakau yang akan kena dampaknya". (NU Online.. Jumat, 15 Agustus 2008 ). Lalu apa kaitannya dengan fatwa haram? Apakah diakui haram tetapi jangan dulu disampaikan kepada umat atau dengan pertimbangan sosial ekonomis tersebut hukumnya harus dirubah, jangan haram dulu?


Untuk yang pertama, sekalipun tampak logis, tetapi realitasnya belum pernah terjadi ada fatwa MUI yang langsung direspon positif dan dilaksanakan secara serentak oleh semua umat Islam Indonesia. Dalam sekup sempit, fatwa organisasi keagamaan untuk anggotanya sendiri saja tak bernasib sebaik itu. Lagi pula kapan masyarakat mengetahui hukum yang sebenarnya mengenai rokok, hingga mereka meninggalkannya atas dorongan iman, bukan karena paksaan undang-undang, padahal halal atau haram adalah urusan agama?

Hukum tetap dapat disosialisasikan, masalah meninggalkan -utamanya bagi pekerja- dan pemilik pabrik bisa berproses- sesuai dengan tingkat kedaruratan dan keimanan masing-masing. Pentahapan pemberitahuan hukum pada masa Nabi –untuk khamr, misalnya- tidak dapat disamakan dengan kasus rokok saat ini. Waktu itu pemberitahuan secara langsung akan keharaman khamr kepada masyarakat yang mayoritas suka khamr, akan berhadapan dengan ancaman yang lebih besar, berupa meninggalkan agama dan akidah baru mereka yaitu Islam. Jauh berbeda dengan kaum muslimin di negara Islam seperti Indonesia saat ini, ancaman itu jauh dari mungkin. Sebab Islam bukan lagi agama baru bagi masyarakat muslim di negara Islam saat ini. Sudah berabad-abad dan turun temurun Islam menjadi agama bangsa Indonesia dan negara Islam lainnya.


Adapun yang kedua, hukum mengenai keharaman barang konsumsi adalah mutlak tergantung ada atau tidaknya salah satu atau lebih dari lima faktor pengharam di atas, tak ada sangkut pautnya dengan fenomena sosial. Bila tidak, benarkah bila dikatakan: "Walaupun rokok itu beracun menurut ahli kesehatan sedunia, tapi jangan dulu dihukumi haram?" (Saya yakin tidak benar! (red))


Penulis lebih menaruh hormat ulama asal Rembang, Jawa Tengah, Mustofa Bisri atau Gus Mus -yang juga perokok- mengakui secara gentle mengatakan: "Merokok itu sudah kesalahan dari awal". Walaupun ia masih kurang setuju dengan rencana sosialisasi fatwa haram yang rencananya akan dirilis MUI akhir tahun ini. Akhirnya, semoga dengan kebeningan hati para ulama, obyektifitas dalam menilai kebenaran dan keberanian untuk menyampaikannya, umat ini dapat terbimbing memahami sekaligus melaksankan agamanya dengan baik. Selamat tinggal rokok, marhaban ya waratsat al-anbiya'!

Oleh: Abdul Kholiq, Lc. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STAI) Lukmanul Hakim, PP Hidayatullah Surabaya.

TANDA-TANDA JATUH CINTA

Ada sebelas hal umum yang sering terjadi pada seseorang jika sedang jatuh cinta. Sebelas hal tersebut adalah:

  1. Ketika sedang bersamanya kamu seolah-olah mengacuhkannya, tetapi ketika sedang tidak bersamanya kamu berusaha mencarinya. Pada saat itulah kamu sedang jatuh cinta.
  2. Walaupun ada orang lain yang selalu membuatmu tertawa, tetapi mata dan perhatianmu hanya tertuju pada si dia. Pada saat itulah kamu sedang jatuh cinta.
  3. Ketika seharusnya si dia sudah menelponmu untuk memberitahu kabarnya, tetapi telponmu tak berdering dan kamu terus menunggu telpon itu. Waktu itu kamu sedang jatuh cinta.
  4. Jika kamu lebih tertarik pada e-mail pendek darinya daripada e-mail yang panjang dari orang lain, maka kamu sedang jatuh cinta.
  5. Jika kamu tak bisa menghapus semua sms dalam handphone-mu karena ada satu sms dari si dia, maka kamu sedang jatuh cinta.
  6. Kamu jadi sering melamun dan sifat kamu berubah total karena melihat si dia dengan orang lain dan kamu pun akan marah jika si dia tidak menuruti kata-katamu, maka pada saat itu kamu sedang jatuh cinta.
  7. Kamu selalu mengingat-ingat si dia sampai-sampai terbawa ke dalam mimpi dan kamu menjadi hyper sensitive dan selalu terbawa emosi, maka dari situ bisa diketahui kamu jatuh cinta padanya.
  8. Ketika kamu mendapat sepasang tiket gratis nonton film, maka kamu tidak akan pusing-pusing untuk mengajak si dia. Pada saat itu kamu sedang jatuh cinta.
  9. Kamu selalu bilang pada dirimu ‘hanya dialah temanku’, tetapi kamu menyadari tidak bisa menghindari daya tariknya. Pada saat itu kamu sedang jatuh cinta.
  10. Kamu akan gelisah bila melihat si dia tidak on-line di MSN, Yahoo! Messenger maupun Chat Room. Kamu juga akan marah jika message anda dicuekin olehnya.
  11. Jika kamu sedang membaca artikel ini dan ada seseorang yang muncul dalam pikiranmu, maka pada saat ini kamu sedang jatuh cinta pada orang itu! Jangan-jangan aku neh! He..he....

Kamis, 02 September 2010

ISTIMEWANYA SEORANG WANITA

Banyak kaum wanita yang bilang betapa susahnya menjadi wanita.Lihat saja peraturan di bawah ini:
  1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) bila dibandingkan dengan laki-laki,

  2. Wanita perlu meminta izin suami apabila ingin keluar rumah, tetapi tidak sebaliknya,

  3. Apabila menjadi saksi (suatu perkara), maka jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan laki-laki,

  4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada laki-laki,

  5. Wanita harus menghadapi kesusahan, seperti mengandung dan melahirkan anak,

  6. Wanita wajib taat kepada suami, sementara suami tidak wajib taat kepada wanita,

  7. Talaq terletak pada laki-laki, bukan pada isteri,

  8. Wanita kurang dalam beribadah karena adanya haid dan nifas. Hal tersebut tidak terdapat pada laki-laki.


Berdasarkan hal-hal di atas, maka banyak wanita yang tidak henti-hentinya berpromosi untuk “MEMERDEKAKAN WANITA”. Pernahkan kita lihat sebaliknya???

Sebelum anda menyetujui pendapat di atas, perhatikan betapa Allah swt. memang telah berlaku adil pada setiap makhluknya, tidak peduli ia wanita maupun laki-laki:

  1. Benda yang mahal harganya akan dijaga, dibelai, serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik. Ibaratnya, tidak mungkin permata akan dibiarkan terserak bukan? Seperti itulah wanita diibaratkan,

  2. Wanita wajib taat kepada suami, tetapi tahukah Anda, bahwa laki-laki wajib taat kepada ibunya (wanita) 3 kali lebih utama daripada taat kepada bapaknya,

  3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada laki-laki, tetapi tahukah Anda, harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara laki-laki apabila menerima warisan, maka ia wajib menggunakan hartanya untuk istri dan anak-anaknya.

  4. Wanita harus bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi tahukah Anda, bahwa setiap saat wanita didoakan oleh segala makhluk dan malaikat-malaikat Allah di seluruh alam semesta, dan bahkan jika ia mati karena melahirkan, maka ia mati syahid dan surga menatinya,

  5. Di akhirat kelak, seorang laki-laki akan dipertanggungjawabkan pada 4 wanita, yaitu: Isterinya, Ibunya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang laki-laki, yaitu: Suaminya, Ayahnya, Anak laki-lakinya, dan saudara laki-lakinya,

  6. Seorang wanita boleh memasuki pintu surga dari mana saja ia inginkan, dan cukup dengan 4 syarat: Sholat lima waktu, Puasa Ramadhan, Taat kepada suaminya, dan menjaga kehormatan dirinya,

  7. Seorang laki-laki wajib berjihad fiy sabililLah, sementara bagi wanita jika taat kepada suaminya serta menunaikan tanggung jawabnya kepada Allah, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala laki-laki yang yang pergi berjihad tanpa perlu mengangkat senjata.


Masya Allah... Demikian sayangnya Allah pada wanita.

Yakinlah, bahwa sebagai zat yang Mahapencipta yang menciptakan manusia, maka sudah pasti Dialah yang Maha Tahu seluk-beluk manusia, sehingga segala hukum/peraturannya adalah yang terbaik bagi manusia.

Jagalah isterimu, karena ia adalah perhiasan, pakaian, dan ladangmu tempat bertanam, sebagaimana RasululLah pernah mengajarkan agar kaum laki-laki selalu berbuat baik terhadap isterinya. Adalah sabda RasululLah, bahwa ketika kita memiliki dua atau lebih anak perempuan, mampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah yang baik, maka surga jaminannya. (Untuk laki-laki berlaku kaidah yang berbeda).

Berbahagialah wahai para muslimah! Jangan risau hanya untuk aprtesiasi absurd dan semu di dunia ini. Tunaikan dan tegakkan kewajiban agamamu, niscaya surga menantimu. All the Best for Women...